Postingan

Bungkam ketika ia datang

Aku dipaksa hengkang dari tanah pejuang Terusir jauh hingga ke dalam hutan beton penuh kebebasan Kemerdekaan, bertemu para antek liberal Kehidupan keras dengan janji kebebasan atau Kehidupan jaya dengan syarat pengekangan ? Yang pasti masa kejayaan telah berlalu Masa yang ketika kau bernostalgia Kau akan mendapat sensasi dan euforia Masa lalu yang mengagumkan Apakah semua terbayar Dengan tuhan berupa kertas yang sering dipanggil uang ? Apakah semua terbayar Dengan tuhan sembilan senti dari pulau seberang ? Apakah semua terbayar Dengan wanita yang tertawa manis di warung remang-remang ? Apakah semua terbayar Dengan gemerlap cahaya yang begitu terang ? Tidak ! Tidak atau belum ? Akankah ? Aku seperti baru saja menabuh genderang perang Yah, disinilah aku Di pinggir keramaian Sepi, sunyi, dan sendiri Berlaga bersama ribuan orang penghancur Tiap waktu mencoba membakar beban yang memberatkan kepala Disinilah aku, bersama para hamba kebebasan Dan perlu kau tahu

Kursi Panas

Putra Sang Fajar dengan wibawa yang menempel pada namanya Perintahkan pemenjaraan atas Alim Minangkabau Semua atas dasar apa ? Semua ini tentang tahta dan siapa yang punya kuasa Juga jangan lupa ini langkah setelah merdeka Nasionalisme. Mereka teriakkan cinta pada bangsa dan negara Bhineka percaya bisa bersama walau berbeda Datang masanya mereka duduk di kursi  itu Waktu mengalir dan Angin berhembus Mereka terguling dari kursi Agamisme. Mereka memang budak Tuhan yang baik. Toleran dilabel intoleran. Langkah ini harus satu ! Tapi siapa sangka ? Saat tiba jatahnya untuk Duduk bumi berkeliling Mereka terjungkal dari kursi Komunisme. Metamorfosa terliar Setelah dan sebelum Nasionalis Atheis Sama rasa Sama rata Semua pukul rata Kebanggaan mayat Marx dibawah sana Di kala yang Tak Diakui membuatnya Duduk purnama tepati janji Mereka terjerembap dari kursi Animisme dan Dinamisme. Orang-orang awal peradaban negeri Roh dalam benda Benda dalam roh Titik temu yang tak bersatu nasib sama saat merek

Surga

Ku rasakan semua berbeda dari apa yang pernah kurasakan sebelumnya semua sempurna seperti surga yang selalu membuat kita tertawa Tapi tak apa saat semuanya menghilang menghilang menjauh dariku dan kini semua itu kembali menghantui hidupku yang sunyi ini Bila jiwa kan merayu jiwa kita hanyutkan dalam mimpimu bila cintaku buta itu hanya semata karena ku cinta Aku rindu belaianmu hangat kurasakan Aku rindu dekapanmu tak kan tergantikan .. #AFW9

Question

Again, again, and again. Sudah berapa langkah yang terayun ? Sudah berapa banyak imaji yang tertangkap mata ? Sudaha berapa banyak suara yang masuk radar telinga ? Sudah berapa banyak kata yang terbang dari mulut ? Berharap dan tidak pada waktu yang sama Semangat dan menyerah di satu sisi Terkadang hidup diatas kepasrahan terkadang juga hidup dibawah hunusan pedang Aku tak tahu, bimbang, enggan, tak berharga Lubang-lubang itu memengaruhiku Hidup adalah game yang tak semudah itu dimainkan oleh para gamers #AFW9

Perjalanan ke dalam perut bumi (resensi novel matahari)

Gambar
Judul buku        : Matahari pengarang         : Tere Liye Penerbit           : Gramedia Novel ini adalah novel terbaru dari salah satu penulis kondang negeri ini yaitu Tere Liye. Kalau orang awam sekilas mendengar nama tere liye maka di benaknya akan muncul prasangka bahwa penulis ini bukanlah penulis asli Indonesia. Tapi siapa sangka bahwa tere liye ini adalah penulis asli Indonesia kelahiran Sumatra selatan dengan nama asli darwis. Ia sengaja menggunakan nama pena tere liye yang dia ambil dari bahasa india yang artinya untukmu . Tere liye saat ini memiliki 25 buku termasuk novel matahari yang baru terbit ini, dan mayoritas dari bukunya mendapatkan predikat best seller dikarenakan gaya bahasanya yang sederhana namun berkelas dan kesan dramatisnya itu kena, membuat kita seakan-akan bagian dari cerita itu. Tere liye terkenal misterius dana data tentang dirinya amatlah sedikit karena di setiap karyanya ia tak pernah mencantumkan biografi singkat. Nahh kembali lagi ke focus k
Kenapa kasus ini seperti terjebak di samudra pasifik, sebuah daerah yang hilang dari peta. Seperti terjebak di perairan dalam nan tenang, terus berjalan menuju selatan tapi alat navigasi mengatakan bahwa kita tidak melaju kemana-mana. Hanya berputar-putar di daerah itu, namun perasaan dan pandangan berkata kita sudah pergi jauh, amat jauh. Aku berusaha naik ke tingkat selanjutnya hanya untuk terjatuh lagi ke lantai bawah saat hampiur sampai diatas. Aku sedikit bimbang ketika betanya-tanya apakah ini semua tidak sia-sia ?? #AFW9
Aku selalu tahu dan ingat kemana harus mengadu, kemana harus kumuntahkan semua keluh kesah. Ya, yang paling tepat hanyalah kepadaMu. Aku selalu ingat, walaupun senajata bayangan menghantam kepalaku berkali-kali, melupakanku pada banyak hal penting. Tapi aku selalu ingat siapa tuhanku. Allah Subhanahuwata'ala. Namun mungkin sekadar ingat, datang, lalu mengadu padaMu, hanya untuk mengaktifkan adrenalin hina, dan setelah dunia membantingmu habis-habisan untuk beberapa waktu, kaupun butuh pelindung, datang lagi kepadaNya. Begitu saja terus berputar seperti siklus. Aku harap salah satu dari siklus hujan rusak dan berhenti, tidak akan ada lagi yang namanya hujan !!! *tidak benar-benar dalam artian harafiahnya #AFW9